BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah
suatu konsep pembelajaran tentang alam dan mempunyai hubungan yang sangat luas
yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Pembelajaran IPA sangat berperan dalam
proses pendidikan dan juga perkembangan Teknologi, karena IPA memiliki upaya
untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang mempunyai
banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil
penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, IPA memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Kemajuan IPTEK yang begitu pesat sangat mempengaruhi perkembangan
dalam dunia pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia yang merupakan
bagian dari Negara-negara berkembang dan Negara-negara maju.
Pendidikan IPA telah berkembang di Negara-negara maju dan telah terbukti dengan
adanya penemuan-penemuan baru yang terkait dengan teknologi. Akan tetapi di
Indonesia sendiri belum mampu mengembangkannya. Pendidikan IPA di Indonesia
belum mencapai standar yang diinginkan, padahal untuk memajukan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) Sains penting dan menjadi tolak ukur kemajuan
bangsa.
Pendidikan di Indonesia yang sangat kurang atau masih sangatlah minim ini yang
menyebabkan Dirinya tidak mampu menciptakan suatu teknologi sendiri dari hasil
pemikiran atau tingkat kekreativan maupun kecerdasannya. Sehingga, inilah yang
menjadi pendorong utama, teknologi yang di konsumsi oleh masyarakat Indonesia
berasal dari Luar Negaranya. Maka dari itu, perlu adanya suatu pendidikan
maupun bimbingan yang mampu mengolah sumber daya manusia di Indonesia menjadi
Sumber Daya Manusia yang berguna, kreatif, dan cerdas.
Gerakan reformasi dalam pembelajaran sains dan teknologi di sekolah, tiada lain
menjadikan warga negara melek akan sains dan teknologi (scientific and
technological literacy) sebagaimana apa yang dilakukan dan telah dimulai dalam
dua dekade terakhir oleh negara-negara maju. Perkembangan Iptek yang semakin
pesat perlu perhatian oleh guru dan peserta didik. Dalam hal ini peserta didik
perlu dipersiapkan untuk mengenal, memahami, dan menguasai Iptek dalam rangka
meningkatkan kualitas hidupnya. Persiapan seawal mungkin sangat dibutuhkan
untuk menghadapi tantangan di masa depan yang semakin meningkat. Berbagai
tantangan muncul, antara lain menyangkut peningkatan kualitas hidup, pemerataan
hasil pembangunan, partisipasi masyarakat, dan kemampuan untuk mengembangkan
sumber daya manusia.
Pendidikan IPA sebagai bagian dari pendidikan umumnya memiliki peran penting
dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta
didik yang berkualitas, yaitu manusia yang mampu berfikir kritis, kreatif,
logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat yang diakibatkan oleh
dampak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Saat ini, Iptek sudah mengalami peningkatan, namun pembelajaran masih
didominasi dengan penggunaan metode ceramah atau metode yang masih konvensional
yang kegiatannya lebih berpusat pada guru (teacher centered). Dalam hal ini
tentu saja aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru,
mencatat hal-hal yang dianggap penting sehingga siswa cenderung dituntut untuk
membenarkan apa yang dikatakan oleh guru tanpa usaha untuk membuktikan
kebenarannya.
Dalam proses pembelajaran guru hanya menjelaskan IPA sebatas produk (yang sudah
ada) dan sedikit proses tanpa pembuktian. Salah satu alasan yang menyebabkan
adalah banyaknya materi yang harus dibahas dan diselesaikan berdasarkan
kurikulum yang berlaku. Padahal, dalam membahas IPA tidak cukup hanya menekankan
pada produk, tetapi yang lebih penting adalah proses untuk membuktikan atau
mendapatkan suatu teori atau hukum. Oleh karena itu, metode, pendekatan dan
alat peraga/praktikum sebagai alat media pendidikan untuk menjelaskan IPA
sangat diperlukan. Tujuan pembelajaran secara umum adalah agar siswa memahami
konsep IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari, memiliki
keterampilan tentang alam sekitar untuk mengembangkan pengetahuan tentangproses
alam sekitar, mampu menerapkan berbagai konsep IPA untuk menjelaskan gejala
alam dan mampu menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah yang ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu cara untuk dapat menciptakan sumber daya manusia berkualitas, guru
dalam mengajar dapat menggunakan beberapa metode dan pendekatan. Dalam hal ini,
salah satu pendekatan yang sesuai dengan perkembangan Iptek adalah pendekatan
Sains Teknologi Masyarakat (STM), karena pendekatan ini memungkinkan siswa
berperan aktif dalam pembelajaran dan dapat menampilkan peranan sains dan
teknologi di dalam kehidupan masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan-rumusan permasalahan mengenai materi makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Apakah Pengertian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Pendidikan IPA, dan
Sains, serta kaitan antara IPA terhadap Teknologi?
2. Apakah Defenisi dari Sains Teknologi Masyarakat?
3. Jenis-jenis pengetahuan apa saja yang berkembang dalam masyarakat?
4. Bagaimana peranan IPA dan Teknologi dalam masyarakat?
5. Apa saja dampak IPA dan Teknologi terhadap masyarakat?
C. Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui Pengertian IPA, Pendidikan IPA, dan sains, serta kaitan antara
IPA terhadap teknologi
2. Mengetahui Defenisi dari Sains Teknologi Masyarakat
3. Mengetahui jenis-jenis pengetahuan yang berkembang dalam masyarakat
4. Mengetahui peranan IPA dan Teknologi dalam masyarakat
5. Mengetahui dampak IPA dan Teknologi dalam masyarakat
D. Manfaat
Adapun yang menjadi manfaat yang diharapkan yang dapat kita dipetik dari
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa Mengetahui Pengertian IPA, Pendidikan IPA, dan sains, serta kaitan
antara IPA terhadap teknologi
2. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis pengetahuan yang berkembang dalam
masyarakat
3. Mahasiswa mengetahui Defenisi dari Sains Teknologi Masyarakat
4. Mahasiswa mengetahui peranan IPA dan Teknologi dalam masyarakat
5. Mahasiswa mengetahui dampak IPA dan Teknologi dalam masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian IPA, Pendidikan IPA, dan Sains
1. IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan
menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan dididapatkan
dari hasil eksperimen atau hasil observasi yang bersifat umum sehingga akan
terus disempurnakan.
Menurut Abdullah (1998:18), IPA merupakan “pengetahuan teoritis yang diperoleh
atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan
observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi
dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang
lain”.
Dalam pembelajaran IPA mencakup semua materi yang terkait dengan objek alam
serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi dan
perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya. IPA
terdiri dari tiga aspek yaitu aspek Fisika, aspek Biologi dan aspek Kimia. Pada
aspek Fisika IPA lebih memfokuskan pada benda-benda tak hidup. Pada aspek
Biologi IPA mengkaji pada persoalan yang terkait dengan makhluk hidup serta
lingkungannya. Sedangkan pada aspek Kimia IPA mempelajari gejala-gejala kimia
baik yang ada pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang ada di alam.
2. Pendidikan IPA
Berdasarkan uraian di atas mengenai pengertian pendidikan dan IPA maka dapat
disimpulkan bahwa pendidikan IPA merupakan penerapan dalam pendidikan dan IPA
untuk tujuan pembelajaran termasuk pembelajaran di SMP.
Pendidikan IPA menurut Tohari (1978:3) merupakan “usaha untuk menggunakan
tingkah laku siswa hingga siswa memahami proses-proses IPA, memiliki
nilai-nilai dan sikap yang baik terhadap IPA serta menguasai materi IPA berupa
fakta, konsep, prinsip, hokum dan teori IPA”. Sedangkan Pendidikan IPA menurut
Sumaji (1998:46) merupakan “suatu ilmu pegetahuan social yang merupakan
disiplin ilmu bukan bersifat teoritis melainkan gabungan (kombinasi) antara
disiplin ilmu yang bersifat produktif”.
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPA merupakan
suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengungkap gejala-gejala alam
dengan menerapkan langkah-langkah ilmiah serta untuk membentuk kepribadian atau
tingkah laku siswa sehingga siswa dapat memahami proses IPA dan dapat
dikembangkan di masyarakat.
Pendidikan IPA menjadi suatu bidang ilmu yang memiliki tujuan agar setiap siswa
terutama yang ada memiliki kepribadian yang baik dan dapat menerapkan sikap
ilmiah serta dapat mengembangkan potensi yang ada di alam untuk dijadikan
sebagai sumber ilmu dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori akan tetapi dalam
setiap bentuk pengajarannya lebih ditekankan pada bukti dan kegunaan ilmu
tersebut. Bukan berarti teori-teori terdahulu tidak digunakan, ilmu tersebut
akan terus digunakan sampai menemukan ilmu dan teori baru. Teori lama digunakan
sebagai pembuktian dan penyempurnaan ilmu-ilmu alam yang baru. Hanya saja teori
tersebut bukan untuk dihapal namun di terapkan sebagai tujuan proses
pembelajaran. Melihat hal tersebut di atas nampaknya pendidikan IPA saat ini
belum dapat menerapkannya.
Perlu adanya usaha yang dilakukan agar pendidikan IPA yang ada sekarang ini
dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan awal yang akan dicapai, karena kita
tahu bahwa pendidikan IPA tidak hanya pada teori-teori yang ada namun juga
menyangkut pada kepribadian dan sikap ilmiah dari peserta didik. Untuk itu maka
kepribadian dan sikap ilmiah perlu ditumbuhkan agar menjadi manusia yang sesuai
dari tujuan pendidikan.
3. Sains
IPA sendiri berasal dari kata sains yang berarti alam. Sains menurut Suyoso
(1998:23) merupakan “pengetahuan hasil kegiatan manusia yang bersifat aktif dan
dinamis tiada henti-hentinya serta diperoleh melalui metode tertentu yaitu
teratur, sistematis, berobjek, bermetode dan berlaku secara universal”. Sains
timbul dari rasa ingin tahu melalui pengamatan dan pengalaman yang dilakukan
dan menghasilkan sebuah pengetahuan. Pengetahuan ini kemudian akan menjadi
sebuah ilmu pengetahuan ketika pengetahuan tersebut bersifat kumulatif, logis,
objektif, metodik, sistematik dan general yang kemudian timbullah yang namanya
IPA/ Sains.
B. Keterkaitan antara MIPA dan Teknologi
Soedijarto mengemukakan bahwa dalam menghadapi abad ke-21 ada tiga indikator
utama dari hasil pendidikan yang bermutu dan tercermin dari kemampuan pribadi
lulusannya, yaitu (1) kemampuan untuk bertahan dalam kehidupan, (2) kemampuan
untuk meningkatkan kualtas kehidupan, baik dalam segi social budaya, dalam segi
politik, segi ekonomi, maupun dalam segi fisik biologis, dan (3) kemampuan
untuk belajar terus pada pendidikan lanjutan. Salah satu masalah kehidupan yang
akan dihadapi para lulusan peserta didik adalah adanya perubahan masa yang akan
datang yang belum pasti bentuk dan arahnya, namun, yang pasti adalah adanya
tantangan yang menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia yang salah satunya
teknologi.
Nana Syaodih S mengemukakan bahwa sebenarnya sejak zaman dahulu teknologi sudah
ada atau manusia sudah menggunakan teknologi. Kalau manusia pada zaman dahulu
memecahkan kemiri dengan batu atau memetik buah dengan galah, sesungguhnya
mereka sudah menggunakan teknologi, yaitu teknologi sederhana.
Anglin mendefenisikan teknologi sebagai penerapan ilmu-ilmu perilaku dan alam
serta pengetahuan lain secara bersistem dan menyistem untuk memecahkan masalah.
Ahli lain, Kast dan Rosenweig menyatakan teknologi is the art of utilizing
scientific knowledge. Sedangkan Iskandar Alisyahbana merumuskan lebih jelas dan
lengkap tentang teknologi yaitu cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan
manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga seakan-akan memperpanjang,
memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, pancaindra, dan otak
manusia.
Dari pengertian diatas tampak bahwa kehidupan manusia tidak lepas dari adanya
teknologi. Artinya, teknologi merupakan keseluruhan cara yang secara rasional
mengarah pada cirri efisiensi dalam setiap kegiatan manusia.
Pada abad ke-IV, antara pendidikan MIPA dan Teknologi dulunya tidak dikaitkan,
dalam artian berdiri sendiri, dimana pendidikan MIPA hanyalah MIPA tanpa
teknologi, dan teknologi hanyalah teknologi tanpa MIPA. Tetapi sekarang MIPA
itu dikaitkan dengan teknologi artinya bahwa MIPA itu bagaimana diterapkan atau
dikaitkan dengan teknologi. Sedangkan society, masyarakat tidak lagi dari
kebutuhan IPA dan teknologi itu sendiri.
Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) atau biasa juga di Indonesia
disebut dengan Salingtemas (Sains-Lingkungan-Teknologi-Masyarakat) mulai
berkembang pada dasarwarsa 70-an, sebagai reaksi dari pola pengajaran sains
post-Sputnik. Titik penekanan dari pola ini adalah mengembangkan hubungan
antara pengetahuan ilmiah siswa dengan pengalaman keseharian mereka. Paling
tidak terdapat beberapa konteks dalam pedekatan STM ini. Konteks-konteks
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Interaksi sehari-hari siswa dengan dunia sekitarnya
Suatu pengetahuan ilmiah yang luas akan memperkaya kehidupan individu, juga
membuat berbagai pengalaman untuk diinterpretasi pada tahap yang berbeda.
Pengembaraan di kebun atau hutan misalnya, akan memperoleh suatu pengalaman
yang lain bila si pengembara/siswa tersebut memiliki pengetahuan biologi dan
geologi. Berhubungan dengan hal ini juga adalah ketika pengetahuan ilmiah
digunakan dalam menyelesaikan masalah praktis yang bisa muncul kapan saja di
sekitar rumah tangga, seperti memperbaiki mainan atau peralatan listrik yang
rusak.
Namun, hal ini sudah lama disadari bahwa jika guru ingin siswanya mampu
melakukan aplikasi pengetahuan ilmiah, maka latihan yang diberikan untuk hal
itu harus lebih banyak. Untuk kebanyakan siswa, hal ini tidak datang secara
alami, dan pengetahuan serta keterampilan yang dipelajari di kelas sains
biasanya disimpan dalam “kotak ingatan” yang berbeda dengan yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Cakupan yang lebih luas antara sains melalui teknologi terhadap masyarakat
Dengan tujuan ini pengajaran sains bergerak keluar dari sekedar pengajaran
sains di kelas. Berbagai materi mulai dari dampak pencemaran udara terhadap
lingkungan seperti efek rumah kaca yang berlanjut ke hujan asam, pemanasan
global dan perubahan iklim dipelajari di kelas sains. Ruang lingkup STM lebih
luas dari sekedar komponen sains dari hal tersebut, namun ke segala hal detil
yang mempengaruhi kelangsungan hidup umat manusia secara keseluruhan. Pada pola
ini pemahaman sains harus benar-benar dipahami dan ini melibatkan pengajaran
sains pada tahapan yang lebih tinggi. Sehingga hal ini akan memberikan
tantangan yang berarti bagi guru sains di kelas untuk menyesuaikan diri
terhadap pembahasan permasalahan yang diulas dengan taraf pengetahuan siswa.
Pembahasan berbagai permasalahan STM akan membawa kepada pemahaman hal apa yang
perlu dilakukan untuk menangani atau mencegah hal tersebut terjadi serta faktor
apa saja yang terlibat atau tidak terhadap masalah tersebut membawa berbagai
pengetahuan dan kepercayaan di luar pengajaran sains, dan hal nilah yang
harusnya diintregrasikan dalam pengetahuan ilmiah. Para siswa diharapkan untuk
dapat mulai melihat bahwa walaupun pengetahuan ilmiah berada di belakang
permasalahan tersebut namun hal itu tidaklah cukup, diharapkan siswa melakukan
tindakan bijak sebagai anggota masyarakat dalam memelihara kelestarian alam.
Sehingga siswa belajar menyadari beberapa hal keterbatasan dalam sains yang
merupakan bekal berarti bagi kehidupannya.
3. Pendekatan sikap dan nilai ilmiah
Pendekatan ini dapat dilakukan dalam dua penekanan yang berbeda. Yang pertama
melibatkan usaha untuk mengembangkan berbagai sikap tersebut yang dilihat
sebagai sifat-sifat ilmuwan yang bila dikembangkan akan membantu siswa menyelesaikan
persoalan sejenis seperti halnya ilmuwan menyelesaikannya.
Beberapa sikap tersebut diantaranya adalah:
a. Mengetahui butuhnya bukti sebelum membuat klaim pengetahuan
b. Mengetahui butuhnya berhati-hati ketika melakukan interpretasi pada hasil
percobaan/pengamatan
c. Kemauan untuk mempertimbangkan interpretasi lain yang juga masuk akal
d. Kemauan untuk melakukan aktivitas percobaan secara hati-hati
e. Kemauan untuk mengecek bukti dan interpretasinya
f. Mengakui keterbatasan penyelidikan secara ilmiah
Penekanan yang kedua adalah mengembangkan sikap-sikap khusus terhadap alam
sekitar, mata pelajaran selain sains ataupun dasar untuk karir masa depan
seperti halnya sikap terhadap sains. Berbagai sikap tersebut seperti:
a. Rasa ingin tahu tentang alam fisik dan biologis dan bagaimana hal itu
bekerja
b. Kesadaran bahwa sains dapat menyumbangkan hal untuk mengatasi masalah
individu ataupun global
c. Suatu antusiasme terhadap pengetahuan ilmiah dan metodanya
d. Suatu pengakuan bahwa sains adalah aktivitas manusia bukan sesuatu yang
mekanis
e. Suatu pengakuan pentingnya pemahaman ilmiah dalam dunia yang modern
f. Suatu kenyataan bahwa pengetahuan ilmiah bisa digunakan untuk maksud baik
maupun jahat
g. Suatu pemahaman hubungan antara sains dan bentuk aktivitas manusia lainnya
h. Suatu pengakuan bahwa pengetahuan dan pemahaman sains berbeda dengan yang
dilakukan sehari-hari
Berbagai sikap di atas secara jelas berhubungan dengan sains, dan akan
berpotensi terus berkembang khususnya ketika siswa terlibat dalam pelajaran
sains di sekolah. Namun, terdapat juga sikap-sikap positif lainnya yang mana
seorang guru sains dapat juga meneguhkan dan memperkuatnya seperti rasa
tanggung jawab, kesediaan untuk bekerja sama, toleransi, rasa percaya diri,
menghargai orang lain, kebebasan, dapat dipercaya dan kejujuran intelektual.
Pengembangan sikap-sikap ini biasanya merupakan konsekwensi tidak langsung dari
seluruh pengalaman di sekolah maupun di dunia luar. Tidak seorang gurupun atau
sekumpulan kegiatan yang akan bertanggung jawab terhadap sikap siswa terhadap
sains. Penelitian dalam pendidikan misalnya, menunjukkan betapa kuatnya
pengaruh hidden curriculum dibanding isi materi kurikulum terhadap cara pandang
siswa terhadap dirinya, guru, sekolah maupun proses pendidikan. Namun, walaupun
perubahan sikap adalah hal yang lambat dibanding pertambahan pengetahuan dan
pengurukannya juga sulit dilakukan, hal ini tidak menjadikan bahwa hal itu
tidak perlu dilakukan.
Pendekatan sifat alamiah dari sains adalah pendekatan yang membawa berbagai
implikasi yang terkesan rumit baik bagi siswa maupun guru. Siswa yang belajar
di kelas yang paling tidak mendapat tiga mata pelajaran sains (biologi, fisika
dan kimia) akan berhadapan dengan beragam guru sains yang juga beragam sikap
dan pandangannya tentang sains. Hal ini berpotensi untuk menimbulkan
kebingungan siswa, sudut pandang guru yang mana yang memang lebih tepat? Cara
yang lebih baik adalah dengan mengakui adanya keberagaman pandangan tentang
sains dan kesulitannya mencari suatu konsensus, untuk kemudian mendiskusikan
kekuatan dan kelemahan berbagai pandangan tersebut. Salah satu cara yang telah
diterapkan adalah dengan pendekatan sejarah dan filsafat sains (History and
Philosophy of Science) yaitu dimana siswa terlibat dalam mempelajari dan menganalisis
sebab-sebab historis dimana prestasi sains berlangsung.
C. Sains Teknologi Masyarakat
1. Sejarah timbulnya STS (Sains Teknology Society)
TE didirikan tahun 1979, bertujuan untuk mengembangkan Sains dan Teknologi
sebagai bagian dari pendidikan umum masyarakat setiap Negara. Yang kemudian
muncullah sebuah organisasi internasional baru yaitu SE yang bertujuan untuk
meningkatkan pendidikan sains diseluruh dunia dengan cara menukar-menukar
informasi dalam pertemuan-pertemuan ilmiah, penerbit newsletter, buku pegangan
bagi para sains dan lain-lain. Meskipun ICASE tidak mencantumkan “Teknologi“
dalam nama organisasinya karena didirikan sejak tahun 1973,namun kegiatan dan
penelitiannya dalam bidang sains dan teknologi. Pada symposium ke-7 dinegeri
belanda ICASE berubah nama menjadi IOSTE, dengan harapan terjadinya inovasi
dalam pendidikan sains didunia dengan jalan memilih dan mengefektifkan strategi
pembelajaran melalui pengalaman.
Adanya dampak negatif dari teknologi mengakibatkan timbulnya usaha-usaha untuk
menanggulangi dan memperbaikinya dengan konsep-konsep ilmiah yang dimilikinya.
Maka dari itu pada pertemuan IOSTE sebelumnya disarankan agar pendidikan sains
dan teknologi yang disajikan menggunakan “topik” dan “unit” yang menyatakan
bahwa dilkasanakannya Science-technology-society atau pendekatan STS dalam
pendidikan sains. Hingga pada suatu ketika ada yang mengusulkan untuk
menggantinya dengan STSE atau Science-Teknology-Enviroment (STE). Ada yang
berpendapat agar pendidikan sains technology dinyatakan dengan pendidikan
lingkungan atau pendidikan saja dengan alasan, pada saat ini pendidikan sains
tidak dapat lagi disajikan tanpa dikaitkan dengan teknologi untuk kebutuhan
masayarakat. Apapun namanya, yang penting adanya perubahan pandangan para guru
dan adanya keinginan untuk mengubah atau memodifikasi pembelajarannya
sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat membangun dan membentuk
pengetahuannya mengenai konsep-konsep tertentu melalui berbagai kegiatan yang
dirancang guru. Dan yang paling penting adalah mengembangkan kemampuan
intelektual anak sehingga dapat berfikir kritis dan menanggapi permasalahan
baik didalam maupun diluar sekolah “ Dikutip dari clipping service Anna
Poedjiadi, FMIPA-IKIP Bandung ”
2. STM (Sains Teknologi Masyarakat) / STS (Sains Teknology Society)
Pendidikan sains dengan pendekatan STM adalah suatu bentuk pembelajaran yang
tidak hanya menekankan pada penguasaan konsep-konsep sains saja tetapi juga
menekankan pada peran sains dan teknologi di dalam kehidupan masyarakat untuk memecahkan
isu-isu di dalamnya. Belajar IPA melalui isu-isu sosial di masyarakat yang ada
kaitannya dengan IPA dan Teknologi dirasakan lebih dekat dan belajar IPA
melalui isu-isu masyarakat yang ada kaitannya dengan IPA dan Teknologi
dirasakan lebih punya arti dibandingkan dengan konsep-konsep dan teori IPA itu
sendiri.
Salah satu alasan dari pengajaran pengajaran STM ini yaitu untuk membantu siswa
dalam mengembangkan pengetahuan, skill, yang secara efektif memberikan respon
aktif terhadap issue sains dan teknologi.
3.Tujuan Sains Teknology Society (STS)
1.Untuk keperluan pribadi (prinsip IPA harus diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari misalnya dalam dunia kesehatan,gizi dan lain-lainnya).
2.Issue sosial, dengan adanya STS ini masyarakat mampu dengan mudah memahami
IPA
3.Adanya beberapa profesi atau karier yang banyak berkaitan dengan IPA .
4. Akademis atau Disiplin Ilmu, banyaknya warga yang melek / tidak paham
terhadap sains dan teknologi, yang dapat dicirikan sebagai berikut :
a. Mempunyai pengetahuan yang luas (Sains dan Teknologi)
b. Skill (keterampilan proses), mampu bertindak ilmiah
c. Belajar terus menerus (meskipun tidak disekolah)
d. Faham keterbatasan sains dan teknologi
5. Program STS dapat menyiapkan siswa dalam menggunakan sains untuk memperbaiki
kehidupannya dan sebagai penghalang atas pertambahan teknologi dunia
6. Program STS menyiapkan siswa dalam mengembangkan sains dengan penuh tanggung
jawab dengan sains dan teknologi oriented issues.
7. Program STS membuat kita lebih mengenal pokok pengetahuan dalam sains dan
teknologi sehingga siswa dapat deal with STS issue.
8. Program STS menyiapkam siswa untuk lebih aktif dan berpengalaman dalam
membuat keputusan dan memberikan keuntungan untuk memilih karier terhadap sains
dan teknologi.
4. Ciri- ciri Sains Teknology Society (STS)
Adapun ciri-ciri STS yang membedakannya dengan yang lebih bersifat tradisional
adalah :
Tradisional STS
Mempelajari konsep, hukum, dan teori yang biasa ada dalam buku. Mempelajari
Issue/masalah social terkait IPA yang ada disekitarnya.
Dilaboratorium, Verifikasi sesuai dengan buku. Pada praktikum, mengetes sesuai
kemampuan dan mencari data yang diinginkan.
Siswa Pasif dan selalu oleh guru Siswa Aktif dalam hal mencari Informasi
Pengetahuan dan Belajar hanya dilakukan dan didapatkan dilingkungan sekolah
Belajarnya bukan hanya pada lingkungan sekolah
Fokus/arah pelajaran ditentukan oleh guru/buku Focus/arah dianggap penting dan
tergantung siswa
Tidak adanya pembahasan tentang kedepannya misalnya karier Selalu dikaitkan
dengan masa depan dan karier siswa
Isi/materi dan informasi hanya diperoleh dari guru dan buku Isi/materinya bebas
dan relevan dengan lingkungan
Guru bekerja sendiri Adanya kerjasama antara guru satu sama lain (bidang studi
lain)
Secara umum memiliki kelas ilmiah yang tiap periodenya melebihi tahun pelajaran
Pendidikan terstruktur
Memfokuskan pemerian informasi kepada siswa yang lebih pintar Focus pada
pribbadi yang memiliki rasa keingintahuan dan konsentrasi yang tinggi
Lebih menekankan pada proses keterampilan dasar dari pada ujian akhir
Menganggap keterampilan sebagai alat yang mengagungkan dalam menerapkan ilmu
pengetahuan.
Tidak memperhatikan asal pengetahuan Sangat memeperhatikan asal pengetahuan
Siswa lebih berkonsentrasi pada masalah yang diberikan oleh guru atau teks
Siswa menjadi tau akan tanggung jawabnya sebagai masyarakat dan untuk
memecahkan masalah yang diidentifikasinya.
Pengetahuan meliputi pengelolaan informasi yang diajukan guru dan disetujui
oleh siswa Berdasarkan pengalaman siswa yang menarik
Lebih fokus pada penjelasan dan pemberian pemahaman Lebih fokus pada
pengetahuan budaya dan apa yang menyerupainya
Adapun perbedaan pendidikan konvensional dengan STS/STM ini adalah:
Pendidikan Konvensional STS / STM
Monodisipliner Multidisipliner
Tujuan / Indikator Orientasi masalah
Guru + Siswa Sumber Info, Guru, Ahli (pakar), dokter dan lain-lainnya.
Dimulai dengan buku dan diakhiri dengan aplikasi contoh-contoh /verifikasi
Dimulai dari masalh/aplikasi dari masyarakat dan diakhiri denga konsep, hukum,
dan teori
Dilaksanakan dalam kelas Dilakukan diluar kelas
Jadwal tertentu Tidak sesuai jadwal
Waktu terbatas Fleksibel/tidak terbatas
D. Jenis-jenis Pengetahuan
Ilmu sains dan teknologi timbul dimulai dengan adanya pengetahuan-pengetahuan
yang timbul dari manusia terdahulu yang kemudian dapat digolongkan atas 4
pengetahuan yaitu :
1. Pengetahuan Tahayul atau Mithos
Mithos adalah suatu penjelasan atas fakta yang tidak ada kebenarannya, hanya
diduga dan dipercaya begitu saja. Semua suku bangsa pada zaman dahulu mempunyai
mithos dan legenda. Legenda adalah cerita rakyat yang berdasarkan mithos.
Contohnya, pada zaman dahulu orang percaya pelangi adalah tangga bidadari yang
turun mandi, bunyi burung hantu adalah tanda munculnya bencana, kaisar Jepang
adalah keturunan dewa matahari. Rakyat percaya dan menerima mithos karena
keterbatasan-keterbatasan kemampuan pikiran manusia pada saat itu dan dorongan
ingin tahunya sudah terpenuhi. Manusia tidak sanggup menjelaskan secara benar
dan ilmiah tentang segala sesuatu yang diamatinya maka muncullah penjelasan
yang bersifat tahayul.
2. Pengetahuan ilmiah
Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian dengan
pengamatan panca-indera dan penalaran akal budi disusun secara sistematis untuk
menjeaskan fakta yang sedang dihadapi, yang merangsang panca-indera dan pikiran
manusia. Pengetahuan ilmiah dapat dibagi lagi seperti berikut ini.
Fakta objektif benar
Pengetahuan ilmiah
Tafsiran fakta benar, objektif
salah subjektif
Manusia berhadapan dengan fakta alam semesta, makhluk hidup atau benda mati.
Kemudian menjelaskan fakta itu atau memberi tafsiran pada fakta yang
dihadapinya. Penjelasan fakta yang sesuai dengan kenyataan merupakan fakta
objektif yang tidak dapat dibantah lagi. Misalnya hukum Archimedes, bahwa benda
padat yang tercelup dalam fluida, berkurang beratnya sebesar zat fluida yang
dipindahkannya.
Suatu teori pengetahuan adakalanya hanya bersifat tentatif artinya suatu teori
pengetahuan pada suatu ketika gugur karena ditemukan fakta yang tidak mendukung
teori tersebut. Berabad-abad lamanya manusia menganut pendapat Aristoteles
tentang peredaran matahari dan planet-planet bahwa mataharilah yang beredar
mengelilingi bumi. Pendapat itu menjadi gugur setelah Copernicus pada abad 16
menemukan bahwa bumilah yang beredar mengelilingi matahari. Menarik kesimpulan
yang terlalu jauh atau membuat ekstrapolasi yang terlalu jauh dari beberapa
buah fakta saja mengandung resiko tentang kebenaran ilmiah, kemungkinan benar,
kemungkinan salah.
3. Pengetahuan Super-natural
Pengetahuan super-natural adalah pengetahuan yang tidak termasuk pada tahayul
dan pengetahuan ilmiah, namun mempunyai fakta. Pengetahuan super-natural tidak
dapat dijangkau dengan panca-indera maupun akal budi, sifatnya transrasional
(di luar jangkauan akal budi). Karena iu pengetahuan ini tidak ditanggapi
dengan akal budi dan bukan objek pengetahuan ilmiah dan IPA, tetapi masalah
percaya, ditanggapi dengan iman, believe it or not yang sifatnya sangat pribadi
dan menyangkut hah-hak asasi manusia.
4. Pengetahuan Ilmiah Semu (Pseudo Science)
Pengetahuan ilmiah semu adalah pengetahuan yang berdasarkan fakta ilmiah tetapi
dicampur dengan kepercayaan dan hal-hal yang bersifat super-natural. Bangsa
Babelonia (daerah Irak sekarang) kira-kira 2500 SM menyembuhkan penyakit
disamping obat juga menggunakan mantera. Bangsa Babelonia juga ahli dalam ilmu
perbintangan dan memberikan nama pada rasi bintang menurut nama binatang
seperti Leo, Scorpio, Pisces dan sebagainya. Berdasarkan kedudukan binatang itu
mereka meramal nasib seseorang dihubungkan dengan hari dan bulan kelahirannya.
Ilmu perbintangan yang dihubungkan dengan kepercayaan ramalan nasib disebut
astrologi. Astrologi bukan pengetahuan ilmiah melainkan pseudo science. IPA
memanfaatkan hukum-hukum alam untuk meningkatkan mutu kehidupan manusia
bukannya alam seperti bintang-bintang di langit yang menentukan kehidupan dan
nasib manusia.
Manusia, kalau menghadapi hal-hal yang berada diluar kemampuannya, maka manusia
memerlukan iman atau agama. Sebaliknya menghadapi hal-hal yang berada di dalam
jangkauan kemampuannya, manusia memerlukan rasio atau Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi yang dapat dipelajari dan dilatih. Dengan kata lain, iman dan rasio,
agama dan IPTEK ( ilmu pengetahuan dan teknologi) selalu berjalan bersama-sama
mengiringi kehidupan manusia.
Makin maju taraf pemikiran dan kebudayaan manusia, wilayah rasio dan IPTEK
lebih dominan dengan kemungkinan masih percaya kepada hal-hal yang bersifat
super-natural. Rasio dan iman, IPTEK dan agama berjalan bersama-sama walaupun
IPTEK sudah semakin maju. Dalam hal ini tepat sekali seperti yang dikatakan
oleh Einstein “ Science without religion is blind”, ilmu pengetahuan tanpa
agama adalah buta. “Religion without science is limp”, agama tanpa imu
pengetahuan adalah lumpuh.
Kemungkinan lain dengan semakin majunya taraf pemikiran dan kebudayaan, manusia
tidak percaya lagi kepada hal-hal yang bersifat super-natural, tidak percaya
kepada ajaran agama. Mereka hanya mengandalkan solusi dari IPTEK untuk
mengatasi masalah kehidupan manusia seperti yana dikatakan Lenin : Sebagai
konsekuensi ilmiah, agama harus ditumpas dengan kekerasan. Sayang Lenin tidak
menyaksikan runtuhnya USSR yang dibangunnya dan tidak menyaksikan patungnya
diruntuhkan oleh rakyatnya sendiri yang menderita akibat filsafatnya yang
menyesatkan.
E. Peranan IPA dan Teknologi Terhadap Masyarakat
Hal ini terlihat bahwa teknologi memiliki peranan yang penting dalam mendukung
pembelajaran apalagi dalam bidang matematika yaitu misalnya :
1. Tempat penekaan dugaan siswa dan dan pengujian dugaan
Teknologi memudahkan hal ini karena memungkinkan siswa untuk melakukan berbagai
perhitungan cepat menggunakan kalkulator sehingga akan menghemat waktu. Siswa
dengan demikian dapat memeriksa perhitungan dengan cepat dan akurat sehingga
memungkinkan mereka untuk memeriksa dan mengeksplorasi validitas dugaan mereka.
2. Sebagai Fasilitas
Untuk memfasilitasi siswa membangun ide-ide atau konsep-konsep yang lebih maju
dan sebagainya.
3. Sebagai Sarana Pendidikan
Sains dan teknologi merupakan sarana yang tepat untuk mengembangkan kreatifitas
termasuk mengembangkan keterampilan dalam pemecahan masalah (problem solving).
Seperti halnya, teknologi membantu kita menghitung sesuatu yang rumit yang kita
tidak sanggup, begitu pula kita dengan mudah mengetahui dan bahkan mendapatkan
informasi-informasi tentang keadaan dunia maupun hal-hal yang baru.
4. Sebagai Alat Untuk Memasuki Berbagai Bidang Profesi
Pengetahuan dan keterampilan ilmu sains dan teknologi memungkinkan kita dapat
memasuki berbagai bidang profesi, namun demikian tanpa dibarengi dengan
pengembangan kreativitas pribadi maka keterampilan itu sendiri menjadi tidak
berarti dan tidak menjamin dengan sendirinya masa depan yang cerah atau adanya
pengembangan karir pribadi yang pasti.
F. Dampak IPA dan Teknologi terhadap Masyarakat
Disamping IPTEK memberi sumbangan positif bagi kehidupan manusia, IPTEK juga
membawa akibat negatif, antara lain sebagai berikut :
1. Kerusakan lingkungan hidup
Pada gelombang kedua, masa industri sampai sekarang kemajuan IPTEK mendorong
manusia menguras sumber daya alam. Akibatnya hutan semakin berkurang, air
tercemar, udara menjadi kotor, lapisan ozon menjadi tipis. Pola pembangunan
yang dijalankan adalah human oriented technology yaitu teknologi yang berpusat
pada kepentingan manusia saja tanpa menghiraukan lingkungan dan makhluk lain.
Dewasa ini air bersih semakin langka karena tercemar oleh zat-zat kimia,
sehingga ikanpun sulit untuk hidup. Agar keseimbangan kehidupan tetap
terpelihara, maka penggunaan teknologi dalam pembangunan harus menggunakan pola
life-oriented technology yaitu penggunaan teknologi yang memperhatikan
lingkungan, baik lingkungan biotik maupun abiotik.
2. Interaksi sosial
Pada gelombang agraria hubungan antara manusia dengan manusia lainnya diwarnai
dengan hubungan kekeluargaan, tata krama, semangat gotong royong dan lebih
banyak waktu yang dipakai untuk berkomunikasi antar pribadi. Masyarakat
industri mempunyai corak yang lain, pembangunan di kota mengakibatkan
urbanisasi yang menimbulkan masalah sosial manusia menjadi individualis,
pergaulan dan nilai berubah, nilai lama ditinggalkan dan mengikuti nilai baru
yang belum tentu benar.
3. Manusia menjadi bagian dari mesin
Manusia menciptakan teknologi untuk kepentingan manusia sendiri guna
meningkatkan mutu dan jumah produksi. Untuk itu diperlukan peralatan yang
canggih dan rumit yang bekerja secara cepat dan tepat. Dalan keadaan ini
manusia hanya menjadi satu bagian dari mesin yang bekerja secara mekanis dan
rutin tanpa pribadi.
4. Pengaruh teori evolusi Darwin
Struggle for existance adalah perjuangan makhluk hidup untuk mempertahankan
hidupnya. Perjuangan untuk hidup ini semakin berat apabila spesies populasinya
bertambah. Inheritance of variations adalah kemampuan makhluk hidup untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan hanya individu yang sesuai dengan
lingkungannya yang dapat bertahan hidup. Survival of the fittest menyatakan
bahwa individu yang kuatlah yang dapat bertahan hidup.
Teori Darwin telah mengilhami beberapa ilmuwan salah satunya Karl Marx yang
pada waktu yang sama sedang menulis bukunya yang terkenal Das kapital. Buku itu
tidak dapat dilanjutkan, karena Karl Marx sendiri mengalami jalan buntu
meneruskan jalan pikirnya supaya masuk akal. Setelah membaca buku Darwin, Karl
Marx dapat melanjutkan buah pikirnya tentang perjuangan antar kelas masyarakat.
5. Rekayasa genetika
Bayi tabung memerlukan beberapa buah pemikiran dan pertimbangan mengenai voetus
yang hidup di dalam tabung. Pada waktu pembuahan terjadi, di dalam tabung hidup
lebih dari satu voetus. dari sekian voetus yang hidup hanya satu voetus
dimasukkan ke dalam rahim sedangkan voetus yang lainnya dibunuh. Masalahnya
disini adalah voetus disejajarkan dengan benih hewan sedangkan menurut para
ahli, voetus merupakan satu pribadi benih manusia. Walaupun hal ini memberikan
hal positif bagi yang membutuhkan misalnya dengan terbentuknya anak melalui
tabung tersebut akan tetapi terkadang terjadi masalah-masalah bahkan penyakit
baru baik itu bagi anak maupun ibu yang mengandung.
6. Meningkatkan tingkat kemalasan
Adanya ledakan teknologi yang mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan dan
pengembangan sumber daya manusia membuat sebagian manusia lupa dan mulai
bermalas-malasan. Dengan teknologi, membosankan perhitungan yang mudah
dilakukan atau hal-hal yang sebenarnya kita telah mengetahuinya. Secara tidak
langsung kita telah diperbudak atau bahkan bisa dikatakan bahwa kita merupakan
bagian dari hal tersebut, yang bisa membuat pemikiran kita menjadi tumpul
akibat kekurang-asahan kita dalam melatih ingatan dan pemikiran kita.
Kita sudah melihat IPTEK sangat membantu manusia untuk memudahkan dan
meningkatkan mutu kehidupan manusia. Tetapi pada sisi lain kita juga melihat
keuntungan pada satu pihak, menimbulkan kerugian pada sisi lain. IPTEK tidak
berdiri sendiri, IPTEK tidak bebas nilai tetapi IPTEK berhadapan dengan masalah
etika tentang yang baik dan benar, tentang yang boleh dan tidak boleh.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, maka dapat diambil kesimpulan
yaitu sebagai berikut:
1. IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan manusia yang diperoleh dengan
menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan dididapatkan
dari hasil eksperimen atau hasil observasi yang bersifat umum sehingga akan
terus disempurnakan
2. Pendidikan IPA bukan hanya sekedar teori akan tetapi dalam setiap bentuk
pengajarannya lebih ditekankan pada bukti dan kegunaan ilmu tersebut. Bukan
berarti teori-teori terdahulu tidak digunakan, ilmu tersebut akan terus
digunakan sampai menemukan ilmu dan teori baru.
3. Pengetahuan ini kemudian akan menjadi sebuah ilmu pengetahuan ketika
pengetahuan tersebut bersifat kumulatif, logis, objektif, metodik, sistematik
dan general yang kemudian timbullah yang namanya IPA/ Sains.
4. Jenis-jenis Pengetahuan terdiri atas Pengetahuan Tahayul atau Mithos,
Pengetahuan ilmiah, Pengetahuan Super-natural, Pengetahuan Ilmiah Semu (Pseudo
Science)
5. Peranan IPA dan Teknologi Terhadap Masyarakat antara lain : Tempat penekaan
dugaan siswa dan dan pengujian dugaan, Sebagai Fasilitas, Sebagai Sarana
Pendidikan, Sebagai Alat Untuk Memasuki Berbagai Bidang Profesi
6. Dampak IPA dan Teknologi terhadap masyarakat adalah membuat kita selalu
bergantung terhadap teknologi. Segala sesuatu yang kita kerjakan selalu
mengharapkan bantuan teknologi untuk prosesnya. Sehingga kita ini dapat
diibaratkan sebagai mesin yang dikendalikan oleh Teknologi.
B.Saran
Manusia sebagai pencetus adanya Teknologi di dunia ini. Disebabkan karena
inteligensi yang dimilikinya tersebut. Sebagai manusia yang berilmu, sebaiknya
kita menggunakan ilmu yang kita peroleh dari kehidupan ini dengan
sebaik-baiknya. Janganlah kita dikendalikan oleh teknologi yang diciptakan oleh
sesame manusia sendiri. Sebaiknya kita memanfaatkan pengetahuan tersebut dalam
mempermudah urusan kita, dan juga memanfaatkan teknologi yang kita ciptakan di
jalan yang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Anglin, Gary J. 1991. Instructional Technology: Past, present, and Future.
Englewod : Libraries Unlimited.
Anonim a, 2011. Meningkatkan Teknologi Untuk Meningkatkan Prestasi Siswa.
http://www.ncrel.org/sdrs/areas/issues/methods/technlgy/te800.htm. Diakses pada
tanggal 15 Maret 2011.
Anonim b, 2011. Practical Kerangka Integrasi Teknologi dalam Pendidikan
Matematika.http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.recsam.edu.my/rndpdf/R%26D%2520Research%2520Papers/Technology%2520Integration%2520in%2520Mathematics%2520Education.pdf.
Diakses tanggal 15 Maret 2011.
Anonim c, 2011. Pengaruh Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) Pada
Proses Pembelajaran Ipa Biologi Materi Ekosistem Terhadap Penguasaan.
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.aace.org/pubs/jcmst/v14n3.html.
Diakses tanggal 15 Maret 2011.
Anonim d, 2011. Mengemas Sains, Teknologi dan Masyarakat dalam Pengajaran
Sekolah. izzatinkamala.files.wordpress.com/ ...
/pengertian-dan-perkembangan-ipa.doc –. Diakses tanggal 15 Maret 2011.
Anonim e, 2011. Ilmu Pengetahuan Alam, Sains ,dan Teknologi.
http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en|id&u=http://www.aace.org/pubs/jcmst/v14n3.html.
Diakses tanggal 15 Maret 2011.
Hassard, Jack, --- , Minds On Science , Georgia Satte University.
HapperCollinsPublishers
Kast, Fremont E. James dan Resenweig. 1962. Science Technology and Management.
New York : Mc. Grill Book.